Monday, June 6, 2011

Kisah Hati

Ini adalah suatu kisah yang menceritakan tentang "hati" dan pengalaman didalamnya..
Suatu ketika ada seorang pemuda tampan, kaya, angkuh, sombong dan berwatak jelek sedang melewati sebuah pasar dengan berjalan kaki.
Ia mempunyai "hati" yang sangat bagus, bersih dan tanpa ada lubang sedikitpun.
Dengan dagu yang terangkat ia berjalan mengitari seluruh pasar memamerkan keberadaannya.
Disisi lain ada seorang wanita yang tak begitu cantik dengan pakaian yang kotor, kucel dan banyak sobekan sedang memohon belas kasihan salah seorang pedagang yang berada dipasar itu.
Ia mempunyai "hati" yang sangat jelek karena banyak tambalan-tambalan yang menutupi lubang di"hati"nya.

Kemudian takdir menemukan mereka. Dua sosok manusia yang sangat berbeda satu sama lain.


Karena merasa hebat sang pemuda menyapa dan mengejek sang wanita tersebut. "Hei..Ternyata memang benar kalau dipasar itu banyak sampah". Sambil menatap dengan merendahkan sang wanita.
Sang wanitapun menjawab. "Maksud anda apa? Saya tidak mengerti?".
"Kamu itu yang saya maksud, sampah". Lihat saja pakaian dan "hati" kamu?? Sama-sama sobek dan penuh tambalan".

Dengan sabarnya sang wanita menjawab. "Ohh..'Hati' saya memang begini??. 'Hati' tuan memang bagus, bersih, dan masih sempurna, tidak seperti saya yang banyak lubang dan ditambal.
Tapi 'hati' saya lebih baik daripada tuan".
"Apa maksud kamu 'hati' kamu yang ditambal dengan warna yang berbeda dan sobek itu lebih baik daripada 'hati' saya??". Jawab sang pemuda.

Sang wanita menjawab. "Semua ini terjadi karena saya memberikan 'hati' saya kepada orang lain dan dengan penuh sayang orang itu juga memberikan 'hati'nya untuk saya. Jadi tuan bisa lihat tambalan-tambalan ini tidak sama dengan warna 'hati' saya, karena ini milik orang lain. Tidak seperti tuan yang masih mempunyai hati yang sempurna karena tuan tidak pernah memberian bahkan membuka 'hati' tuan untuk orang lain".


Dengan emosi sang pemuda menjawab. "Apa untungnya berbagi 'hati' dengan orang lain, tidak ada yang pantas untuk saya, 'hati' saya terlalu bagus dan mahal untuk diberikan kepada orang lain".
Jawab sang wanita "Masalah 'hati' adalah masalah perasaan tuan. Tidak peduli apakah itu baik atau buruk, asalkan perasaan kita mau menerima 'hati' itu apa adanya, maka tuan akan menikmati kebahagiaan yang berlimpah karena ada 'hati' yang lain yang ada didalam 'hati' tuan".

Sang pemuda itupun terdiam, merenung, dan kemudian bertanya. "Lalu kenapa ada banyak 'hati' yang ada didalam 'hati'mu itu??.
Jawab sang wanita. "Karena saya banyak memberikan 'hati' saya kepada orang lain, ada yang memberikan kebahagiaan dan terkadang juga kesakitan.Tapi itulah arti kehidupan, dengan adanya itu saya merasa lebih hidup dan berguna buat orang lain".

Lalu dengan perasaan yang sedikit bingung sang pemuda bertanya. "Apakah kau mau memberikan hatimu untukku"?
"Kenapa?" Jawab sang wanita.
"Karena aku ingin memiliki 'hatimu', aku ingin merasakan indahnya berbagi 'hati' dengan orang lain".
Kemudian setelah mendengar pernyataan dari sang pemuda, wanita itupun memberikan secungkil "hati"nya kepada sang pemuda, dan pemuda itupun juga melakukan demikian sekaligus menutupi lubang yang ada di "hati" sang wanita.

Tiba-tiba sang pemuda berteriak.."Ohh..Ini rasanya berbagi 'hati' dengan orang lain, Indah sekali. Aku merasa tubuhku sangat ringan, penuh dengan keceriaan dan kegembiraan".
"Yah..itu baru dampak positifnya saja, masih perlu waktu untuk lebih banyak lagi macam-macam perasaan yang akan timbul". Penjelasan sang wanita.

Sang pemudapun bertanya."Apakah aku juga akan merasakan sakit sepertimu, kenapa harus jika ini saja sudah sangat baik"?
"Kehidupan memang seperti itu. Ada yang hitam dan ada yang putih, ada yang bahagia dan ada yang tersakiti. Suatu saat kamu pasti akan mengalami".

Sejenak sang pemuda terdiam mendengar perkataan sang wanita. Kemudian dengan meneteskan air mata ia memegang tangan sang wanita dan berkata. "Terima kasih karena kau telah memberikan 'hati' mu padaku dan mengajarkanku arti kehidupan yang sebenarnya. Aku berjanji akan terus dan selalu menjaga 'hati' ini sampai akhrinya ia hancur berkeping-keping.